REFLEKSI NILAI PENDIDIKAN
Kampus ini tidak luas. Bangunan yang satu dengan yang lain jaraknya berdekatan.Di tengah kampus ada gedung multi fungsi yang diberi nama Sasana Ajiyasa. Disebelahnya ada kantin yang mudah dicapai dari segenap penjuru kampus. Kedekatanjarak dan penempatan fasilitas publik di tengah kampus memungkinkan segenap civitas akademika saling mengenal satu sama lain, atau setidaknya punyakesempatan bertegur sapa. Di belakang Sasana Ajiyasa ada perpustakaan, dan diantara kedua bangunan itu ada pohon beringin besar yang belakangan dikenal sebagai ruang kuliah alternatif bagi beberapa mahasiswa yang gelisah mencarijati dirinya.
TAHUN PERTAMA
Tahun 1980. Hari masih pagi ketika seorang mahasiswa baru memasuki halamankampus. Namanya Yus Brahim asal Aceh, jurusan seni lukis. Dia tengokkanan-kiri, masih lengang. Belum ada mahasiswa satupun. Yang ada hanyalahtukang sapu yang sedang membersihkan halaman depan.“ Kok masih sepi pak ?, “ dia bertanya pada tukang sapu tadi. Seharusnya para mahasiswa sudah ada yang datang untuk mengikuti kuliah jam pertama.“ Ooo… kamu datang kepagian. Nanti jam 9 baru rame,” jawab tukang sapu.Semangatnya yang menyala sebagai mahasiswa baru dan berasal dari pulau seberangmulai terusik. Sewaktu masih di Aceh dia bersekolah di sebuah SMA yang memilikireputasi baik dan sangat disiplin. Jam 7 ketika para pelajar sudah masukmengikuti mata pelajaran pertama, pintu pagar dikunci. Sekarang dia menjumpaikenyataaan yang sangat berbeda dengan tempat sekolahnya dulu. Lantas diaberpikir :” Ini sekolah apa bukan.”Ini adalah kesan pertamanya terhadap kampus tercinta STSRI ASRI jalan Gampingan Yogyakarta yang di kemudian hari berubah menjadi Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta.
KOMUNITAS POHON BERINGIN
Lama-lama Yus terbiasa dengan situasi seperti itu. Ciri khas sekolah senimanbarangkali memang begitu: Santai. Kehidupan santai dan jam kuliah yang bisamolor tidak membuatnya kecewa, bahkan kemudian dia sangat menikmatinya. Diabanyak mendapatkan pelajaran mengenai kehidupan berkesenian justru dari pergaulan dengan teman-teman kuliah dan kakak-kakak angkatan di atasnya. Dikalangan mahasiswa terdapat banyak kelompok berkesenian di sampingorganisasi-organisasi kemahasiswaan. Kelompok-kelompok ini biasanya dibentukoleh beberapa mahasiswa yang punya minat dan visi yang sama dalam berkesenian.Ada lagi kelompok yang dibentuk sebagai wadah untuk belajar berwirausaha. Yusbelum masuk kelompok manapun, namun sebagai mahasiswa baru ia ingin punya eksistensi. Ada sebuah kelompok mahasiswa senior yang tiap hari kerjanyanongkrong dan ngobrol di bawah pohon beringin. Kelompok ini cukup diseganikarena tokoh-tokohnya mempunyai daya pikat, sering berpameran dan mampu menarikbanyak mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang mereka ciptakan.Salah seorang di antaranya bahkan merupakan orang yang dijadikan panutan oleh masyarakat kampung Tamansari karena mampu menumbuhkan kemampuan berwirausaha dikalangan masyarakat tersebut. Yus menyempatkan diri untuk datang ke sana setiaphari mendengarkan apa yang mereka percakapkan. Banyak percakapan berbobot yangdia serap dan tidak didapatkan di kelas. Di samping segi-segi positif yangmelekat pada kelompok ini, ada kebiasaan ganjil yang mereka lakukan setiapnongkrong di bawah beringin, yaitu minum KTI (minuman berkadar alkohol tinggi yang biasa dikonsumsi masyarakat kelas bawah). Dalam keadaan antara sadar dantiada, kata-kata berbobot mengalir lancar seperti air. Yus ikut hanyut dalamkebiasaan ini. Tiada hari tanpa minum KTI. Dari sinilah muncul istilah airkata-kata untuk menyebut minuman beralkohol. Tiap hari Yus datang ke bawah pohon beringin. Lama-kelamaan dia sering mangkir kuliah sebab pohon beringin telah menjadi ruang kuliahnya yang sebenarnya, tempat ia menimba ilmu kehidupan; sampai-sampai seluruh mata kuliah di semester tertentu nilainya G(sekarang E) semua. Walau demikian ancaman drop-out tidak pernah dialami.Komunitas pohon beringin memberinya rasa aman dan menjaga agar senantiasa bebasdari luka hati dan rasa takut sehingga ia mampu mengekspresikan diri sepenuhnya.Ini bekal yang berharga untuk tegar dan berani menghadapi tantangan hidup.Sebenarnya inilah tanggung jawab setiap guru atau dosen disekolah. Diamenciptakan sebuah lagu untuk sebuah malam kesenian yang kata-katanya menjaditerkenal karena surealis sekali : Rumput-rumput di langit (Mana ada rumput dilangit). Sekali lagi dia mempertanyakan ketika kesadaran tengah singgah dalamdirinya :” Ini sekolah apa bukan.”
MENJADI ANGGOTA MENWA
Pada suatu pagi Yus nongkrong di kantin. Seorang kawan yang kebetulan anggotaResimen Mahasiswa (Menwa) datang menghampiri dan menawarkan agar mau bergabung menjadi anggota Menwa. Yus tidak tertarik dengan hal-hal yang berbau militerapalagi citra Menwa sering dikaitkan dengan kaki tangan tentara. Dia tidak menanggapi ajakan itu namun sang kawan terus menerus membujuk karena diadibebani target dari atasannya agar bisa merekrut 12 orang anggota baru.Berbagai taktik dilakukan. Yus diajak minum-minum. Ketika Yus dalam keadaansetengah sadar si kawan menyodorkan formulir untuk diisi. Yus menolak, tetapisi kawan memaksa. “Kau tidak perlu mengisi, tapi berilah tanda tangan diformulir ini”, katanya. Yus menandatangani tanpa pikir panjang agar si kawantersebut segera pergi dari hadapannya. Beberapa hari kemudian si kawan datang lagi, kali ini menyodorkan seragam Menwa.“ Ini seragam yang harus kau pakai. Besok kau harus ikut pelatihan,” katanya.Yus terkejut dan menolak karena ia tidak merasa pernah mendaftarkan diri untukmenjadi anggota Menwa. “Tapi kau sudah tandatangan di formulir, kalau menolak akan dianggap sebagai pembangkang dan bisa masuk penjara,” kata si kawanmenakut-nakuti. Terbayang di benaknya dia akan diinterogasi dan disiksa sepertipesakitan. Akhirnya Yus dengan berat hati ikut pelatihan dan resmi menjadianggota Menwa. Ternyata di organisasi ini dia mendapat banyak pelajaranberharga tentang hidup berorganisasi, belajar melayani dan memperhatikan kepentingan orang lain, pelajaran yang kelak berguna ketika dia menghadapi tantangan hidup yang sebenarnya. Ia tidak menyesal dijerumuskan menjadi anggota Menwa. Barangkali baru di perguruan tinggi ini untuk menjadi Menwa seseorangharus dibuat mabuk dulu. Ini sekolah apa bukan.
UJIAN TEORI
Ujian akhir semester sudah tiba. Di Sasana Ajiyasa sedang ada ujian salah satumata kuliah teori. Ada seorang mahasiswa belum hadir. Ketika kertas-kertasjawaban dikumpulkan, barulah mahasiswa tersebut datang. Ibu dosen pengawasujian langsung memarahinya. Setelah puas memarahi bu dosen ternyata berbaikhati. Si mahasiswa diberi lembar soal dan disuruh menulis jawabannya. Setelahditunggu beberapa lama, si mahasiswa mengumpulkan lembar jawaban. Bu dosenterkejut karena lembar jawaban itu masih dalam keadaan kosong. Bu dosen marahlagi.“ Kamu tahu nggak jawaban soal nomor satu ?,” tanya bu dosen.“ Tidak,” jawab mahasiswa.“Jawabannya ini. Tulis !,” perintah bu dosen. Demikian seterusnya sampai seluruhjawaban tertulis. Dosen ini baik hati sekali. Dalam hati Yus kembali bertanya:“Ini sekolah apa bukan.”KIJANG PUTIH.Suatu hari kampus gempar. Salah seorang asisten ketua (Asket) STSRI. ASRIkehilangan mobil dinasnya ketika sedang diparkir di Malioboro. Merek mobil ituToyota kijang, berwarna putih dan masih baru. Berhari-hari kejadian itu menjadibahan pembicaraan di kampus. Sang asisten ketua sangat terpukul oleh kejadian itu. Banyak pihak menyalahkan beliau, terutama yang merasa iri atas fasilitas kampus yang diterimanya sebagai asisten ketua. Semua orang pasang telingakalau-kalau terdengar berita mengenai mobil kijang itu. Selang beberapa harikemudian ada seorang mahasiswa jurusan seni lukis melapor , bahwa ia telahmenemukan mobil tersebut dan menyimpannya di rumah kostnya. Si asisten ketuagirang bukan main dan mengabarkan berita itu kepada rekan-rekan sejawatnya.Dengan diantar oleh si mahasiswa pelapor, beliau bergegas mendatangi rumah kosttersebut diiringi beberapa stafnya , termasuk seorang dosen fotografi yang akanmeliput peristiwa menggembirakan ini. Akhirnya sampailah mereka disebuah gangsempit yang hanya cukup untuk pejalan kaki dan sepeda motor.“ Mana tempat kostmu ?, “ tanya si asisten ketua.“ Di ujung gang ini, “ jawab mahasiswa. Si asisten ketua keheranan.“ Bagaimana kamu membawa mobil itu ke pondokanmu?.”“ Dimasukkan lewat atas,” jawab si mahasiswa serius. Jawaban ini tidak masukakal, tetapi karena keinginan untuk mendapatkan mobil itu kembali sangat besar,akal sehat sudah tidak jalan. Merekapun berbondong-bondong menuju rumah kostlewat gang sempit tadi. Sesampainya di rumah kost tidak terlihat ada mobilkijang di halaman rumah itu.“ Di mana mobilnya, “ tanya asisten ketua tidak sabar.“ Sabar pak. Saya bukakan pintu rumah dulu.” Lagi-lagi ini tidak masuk akal.Lebar pintu rumah berdaun tunggal biasanya 90 sentimeter, bagaimana mungkinmobil bisa masuk. Tapi akal sehat memang sudah tidak jalan. Pintu rumah dibuka,semua orang melongok ke dalam. Di dalam rumah tampaklah sebuah lukisan besardengan objek mobil kijang putih yang baru saja diselesaikan oleh si mahasiswa.Dasar pesong (gila) !. Kejadian ini menunjukkan bahwa bukan hanya si mahasiswayang pesong, asisten ketua dan stafnya juga ikut pesong. Bagi si mahasiswamungkin ini merupakan peristiwa teaterikal, sebuah karya happening art, tetapibagi asisten ketua ini adalah kepesongan. Ini sekolah apa bukan.
LOGIKA
Mahasiswa ASRI banyak yang dianggap gila, tetapi sebetulnya mereka kritis.Mereka dengan ringan bisa membolak-balikkan logika. Pada suatu hari paramahasiswa mengikuti mata kuliah logika. Dosennya adalah pengajar TPLB (TenagaPengajar Luar Biasa) dari Universitas Gajahmada. Si Dosen menerangkan bahwamahluk yang paling sempurna di dunia adalah manusia. Dadang Kristanto,mahasiswa dari jurusan seni lukis yang sekarang menjadi dosen di Australiamenyanggah: “ Salah pak !.”“ Lalu yang benar apa ?,” tanya si dosen.“ Yang benar itik. Manusia begitu lahir tidak bisa berenang. Sebaliknya itikbegitu lahir langsung bisa berenang tanpa diajari.” Seluruh mahasiswa tertawasedangkan si dosen terpana oleh jawaban yang tak terduga. Ini sekolah apabukan.
KONSULTASI
Masa kuliah yang dijalani Yus panjang dan berlarut-larut akibat dari carabelajarnya yang santai. Dia sangat betah dengan kehidupan di kampus ini, olehsebab itu ia tidak ingin segera lulus. Hal itu ternyata juga dialami olehbeberapa mahasiswa ISI masa kini, sampai-sampai mereka membuat produk T shirt yang bertuliskan HINDARI WISUDA DINI. Seiring dengan berjalannya waktu akhirnya sampailah Yus pada tahapan di mana dia harus menulis skripsi. Dosen pembimbingnya adalah seorang yang dekat dengan mahasiswa dan punya hobby minumjuga. Beliau menyimpan beberapa botol minuman keras di rumahnya, namunisterinya hanya mengijinkannya minum jika sedang menjamu tamu. Setiap Yus minta untuk berkonsultasi, si dosen menyarankan untuk konsultasi di rumah saja. Pada suatu sore Yus datang ke rumah si dosen untuk berkonsultasi. Sambil berkonsultasi si dosen mengajaknya minum minuman keras. “ Kemarin teman sayadatang membawa oleh-oleh ini. Jadi mari kita nikmati bersama”, kata si dosenmembuka upacara minum-minum itu. Akibatnya pembicaraan berkembang melantur kesana –kemari tanpa ujung pangkal. Yus pulang dengan perasaan puas tapi hasil konsultasinya nihil. Beberapa hari kemudian Yus datang lagi ke rumah dosenuntuk berkonsultasi. Si dosen kembali mengajaknya minum-minum dengan diawalioleh kalimat pembuka yang sama : “Kemarin teman saya datang membawa oleh-olehini. Jadi mari kita nikmati bersama.” Perkembangan skripsi Yus seolah berjalandi tempat karena setiap konsultasi tidak banyak membawa hasil, tetapi hubungan antara dosen dan mahasiswa menjadi cair. Si dosen telah menanggalkan otoritasnya. Otoritas pada dasarnya pengingkaran kebebasan dan menekankemampuan berinisiatif. Sekarang tergantung bagaimana mahasiswa memanfaatkannya. Sekali lagi Yus bertanya dalam hati:” Ini sekolah apa bukan.”
SAPUKALA
Ada seorang mahasiswa jurusan seni grafik bernama Sapukala. Berkacamata tebal sehingga kesan pertama bagi orang yang menjumpainya, ia adalah kutu buku. Iamerupakan salah satu dari mahasiswa yang berperilaku eksentrik selain Yus. Iatidak pernah pulang ke rumah kostnya, melainkan selalu tidur di kampus. Didekat perpustakaan ada bangkai mobil pick up. Di bak mobil itulah ia palingsering tidur. Kadang-kadang ia juga tidur di loteng yang terletak di ataskelas. Pokoknya di mana ada tempat yang aman dan hangat, disitulah ia tidur.Semua orang termasuk para dosen dan karyawan tahu akan hal itu, tetapimembiarkannya terjadi karena ia tak pernah meninggalkan jejak di mana ia tidur.Pada suatu pagi ketika kuliah sedang berlangsung tiba-tiba terdengar suara diatas kelas, lalu lubang plafond perlahan-lahan terbuka. Dosen menghentikan kuliahnya, para mahasiswa mendongak ke atas menyaksikan apa yang terjadi.Sebuah kaki menjulur keluar dari lubang plafond. Dosen dan para mahasiswapeserta kuliah terdiam. Kaki yang lain menyusul perlahan-lahan sampai akhirnyaseluruh tubuh muncul dari lubang plafond. Ternyata dia adalah Sapukala yangbaru bangun dari tidur !. Tepuk tangan segera menyambut kehadiran Sapukala dikelas lewat lubang plafond. Ini sekolah apa bukan.
UJIAN SKRIPSI
Sekolah bukan sekedar tempat untuk belajar tentang pengetahuan yang diperlukan dalam menghadapi kehidupan sehari-hari, tetapi juga tentang seni hidup dengansegala kompleksitas dan kepelikannya. Itulah yang dirasakan Yus dalam kehidupankampus yang sepintas terkesan amburadul ini. Kehidupan kampus ini memiliki barayang mencairkan segenap sekat-sekat perbedaan, sehingga Yus merasa bahwa inilahrumah keduanya. Oleh karena itu ia tidak ingin segera lulus. Lama kelamaan iatermasuk salah seorang yang kedaluwarsa masa studinya. Berbagai upaya dilakukanpara dosen agar para mahasiswa ini dapat meyelesaikan studinya secara baik-baik,bukan karena didrop-out. Ada dosen prihatin dengan mahasiswa bimbingannya sebabtidak pernah datang untuk konsultasi. Beliau dengan susah payah mencari tempatkost mahasiswa itu, masuk keluar gang sambil menuntun sepeda motor. Mahasiswayang dicari si dosen malah sedang santai bermain layang-layang. Ada lagi dosenyang mau menuliskan jalan pikiran si mahasiswa karena yang bersangkutan sulitmenuangkannya dalam bentuk tulisan. Para dosen ini telah bekerja melebihitanggungjawabnya.Waktu terus berjalan, akhirnya Yus Brahim berhasil menyelesaikan penulisanskripsinya. Yus berpikir, setelah ujian dan diwisuda, mau tidak mau ia harusmeninggalkan kampus. Ia masih kerasan, belum rela untuk pergi. Oleh karena itupada hari jadwal ujiannya, ia pura-pura ketiduran supaya ujiannya bisa ditundasampai semester depan. Jam menunjukkan pukul 10.00. Jadwal ujiannya jam 9.00.Yus kegirangan karena sudah terlambat untuk ujian skripsi. Ternyata kemudiandatang petugas menjemputnya dan mengatakan bahwa ia harus ujian sekarang juga.Terpaksa ia berangkat ke kampus.Para dosen penguji mengajukan pertanyaan-pertanyaan, namun Yus diam seribubahasa,karena memang ia tidak belajar sama sekali untuk mempersiapkan ujian.Akhirnya salah seorang dosen membisikkan jawabannya sementara dosen-dosen yanglain pura-pura tidak tahu. Yus dinyatakan lulus. Dia lagi-lagi bergumam :”Inisekolah apa bukan.”
REUNI
Tahun 2004, Yus jauh-jauh dari Aceh datang ke Yogya untuk reuni. Kini ia adalahkandidat anggota DPRD yang sebentar lagi dilantik. ISI sudah pindah ke Sewon,Bantul. Kampus Gampingan porak-poranda dijarah oleh orang-orang tidakbertanggungjawab. Halamannya dipenuhi ilalang setinggi dada. Coretan dantulisan-tulisan bernada marah memenuhi dinding. Para alumni, dosen danmahasiswa menyempatkan diri untuk menengok bekas kampus ini. Di bawah pohonberingin yang menyimpan sejuta kenangan Yus meraih gitar dan menyanyikan lagurumput-rumput di langit. Setelah itu kepada para mahasiswa, dosen dan alumniyang mengitarinya Yus mendongeng tentang masa lalunya di kampus ini diakhiridengan renungan :“ Kalau dibandingkan dengan kampus lain, ini sekolah apa bukan ya. Kampus iniunik tidak ada duanya di Indonesia bahkan di dunia. Kampus yang mengajarkanilmu kehidupan. Kampus yang punya hati, yang peduli terhadap nasib mahasiswayang dianggap sebagai orang buangan. Agaknya inilah sekolah yang sebenarnya,bukan sekedar pabrik yang menghasilkan orang-orang pintar tapi tak punya hati.Kampus yang tidak membuat luka hati anak didiknya akan selalu dikenang danmempunyai maknit yang menarik lulusannya untuk sesekali berkunjung kealmamaternya”.
( Hendro Purwoko)
Bahan bacaan :
Krishnamurti J. 1981. Letters to The Schools. Diterjemahkan oleh Yayasan Krishnamurti Indonesia. London. Krishnamurti Foundation Trust Ltd .
Labels: Social Justice