IKLAN YANG AJAIB!
oleh Daniel 'Genjik' Iskandar
Bayangkan jika anda memiliki pacar yang cantik (tentu aku ndak mau punya pacar ganteng soalnya aku cowok) terus bodinya oke, terus juga lucu. Nah tapi sayangnya ada kekurangannya yaitu mboseni dan gak membuat kamu senang ... terus apa dong gunanya kalo ternyata itu nggak membahagiakan kita... nah inilah pengandaian yang saya gunakan untuk menggambarkan iklan yang banyak beredar sekarang ini. Iklan – iklan yang lucu juga menghibur banyak penontonnya (kalau iklan tv), pendengarnya (kalo radio), yang ngeliat (kalo iklan cetak atau billboard), dan banyak lagi macamnya.
Tapi sekali lagi iklan – iklan itu dinikmati sebagai hiburan dan orang-orang nggak niat untuk mengkonsumsi produk dari iklan yang bersangkutan. Sadar nggak kalo sekarang banyak iklan yang sedemikian rupa ? Memang sih kalo dilihat dari beberapa sisi ada bagusnya...setidaknya dia punya stopping power yang kuat yang membuat pemirsanya memperhatikan bahkan mengingat... tapi itu kan teorinya...toh masih banyak kejadian seperti ini (misalnya) :
X : eh udah liat iklan baru ndak di tv?
Y : yang mana?
X : itu yang ada dian sastronya ....yang terus cowoknya jatuh ke got...
Y : ooo yang itu ... iya lucu ya...
X : iya aku ketawa kenceng banget sampe diomelin tetangga...
Lalu STOP Cuma sampai di situ bahkan ketika mereka berdua bertanya – tanya apa produk yang diiklankan mereka lupa, saking lucunya iklan itu...Atau bisa juga ingetnya ke si bintang iklan bukan di produknya.
Tragis memang ketika iklan sudah kehilangan fungsinya, nggak mampu untuk menjual...terus buat apa iklan itu dibuat ? buat apa perusahaan mbuang budget gede buat mendanai biro advertising buat bikin iklan itu... jangan tanya saya lah kita sama ndak taunya hehehe. (itu kan suka – sukanya yang punya perusahaan).
Ada sebuah pendapat yang saya setujui semua hal yang sudah hilang fungsinya bakal bermetamoforsis menjadi seni...contohnya senjata. Sekarang sudah ndak ada negara yang mau perang pake alat tombak dan naik kuda...buat apa kan sekarang udah ada senapan dan kendaraan bermotor...akhirnya si tombak ini yang dulunya alat perang malah jadi barang antik (wong ndak tau dipake) jadi barang seni, terus dibeli orang tapi bukan buat ditusukin ke orang atau hewan buruan, tapi buat dipajang di ruang tamu...
Kenapa saya cerita ini? Soalnya hal yang sama hampir, mungkin bahkan sudah terjadi pada iklan. Sudah jadi seni, toh sekarang ada yang namanya seni periklanan bukannya teknik periklanan. Kadang kreativitas si creative team sebuah biro advertising memang hebat dia pinter banget bikin iklan yang kretif disukai orang banyak, kata orang desain hebat, “kenapa ya kita ndak kepikiran?” tapi kadang kreatif itu over sampe iklan itu ndak ada motivasi yang bikin orang mau beli produk itu.
Ada contoh pernah sebuah perusahaan mobil terkenal (saya ndak mau bilang wong aku ndak dibayar perusahaan itu kok) yang mengiklankan produk terbarunya dengan visuali sasi kura – kura....hebat benar mobil itu teknologinya lengkap, canggih, dan dengan kecepatan 2 mil per hari. Lho kok? Lha iya visualisasi kok kura – kura? Hewan yang faktanya jalannya lamban banget, tapi alesan si biro advertising “kan udah banyak iklan mobil pake kuda kenapa kita gak bikin pake kura – kura? Kan kontras kita bakal jadi yang pertama deh...Ya mereka memang jadi yang pertama, tapi produknya nggak kejual.
Ya sama aja bo’ong.
Saya sinis ya ...? Memang! Kadang kalo kita ke tempat biro iklan yang terkenal, di ruang depan mereka dengan bangga memajang penghargaan – penghargaan yang mereka terima ... menandakan bahwa mereka unggul, mereka memiliki kretivitas yang lebih dari yang lain, mereka ...merasa hebat. Padahal sudah fakta kalo iklan yang menang penghargaan karena uniknya atau bagus finishingnya, atau indahnya, atau apalah pemikiran juri saat itu nggak bisa menjual produknya.
Yah mereka memang sedikit menipu sih dengan memajang penghargaan itu...kenapa? Soalnya kalo saya bilang itu arogan, mereka Cuma mau nyombongin kehebatan mereka...yang belum tentu kita butuh. Yang dibutuhkan kan iklan yang menjual produk...bukan yang bisa menangin penghargaan. Mbok ya yang dipajang itu grafik penjualan produk apa kek yang pernah mereka bikinin iklannya sebagai bukti kalo produknya itu laku setelah mereka bikinin iklannya. Ndak tapi itu ndak pernah.
Terus gimana cara bikin iklan yang bagus? Yang penting selain bagus harus ada motivasi...ya supaya orang mau beli produknya habis liat iklannya. Itu yang penting, bukan lucunya, bukan indahnya, tapi motivasinya!
Kok saya bisa sih ngoceh panjang lebar begini? Soalnya saya habis baca buku dan kebetulan saya sependapat makanya bisa. Kalo mau tau lebih banyak beli dong bukunya baca, bukunya itu “the fall of advertising and the rise of PR” yang nulis Al Ries sama Laura Ries. Jangan takut bukunya udah diterjemahin kok udah bukan bahasa bule. Harganya juga ndak sampe jual diri. Pokoknya OK deh. Kok saya kayak ngiklanin gratis sih? Bukan itu tapi karena saya baik makanya ngasih tau ... baik kan? Tapi baik begini saya belum punya pacar, jadi yang berminat bisa cari saya sapa tau saya juga minat sama anda...pokoke cewek soale saya cowok.***
Bayangkan jika anda memiliki pacar yang cantik (tentu aku ndak mau punya pacar ganteng soalnya aku cowok) terus bodinya oke, terus juga lucu. Nah tapi sayangnya ada kekurangannya yaitu mboseni dan gak membuat kamu senang ... terus apa dong gunanya kalo ternyata itu nggak membahagiakan kita... nah inilah pengandaian yang saya gunakan untuk menggambarkan iklan yang banyak beredar sekarang ini. Iklan – iklan yang lucu juga menghibur banyak penontonnya (kalau iklan tv), pendengarnya (kalo radio), yang ngeliat (kalo iklan cetak atau billboard), dan banyak lagi macamnya.
Tapi sekali lagi iklan – iklan itu dinikmati sebagai hiburan dan orang-orang nggak niat untuk mengkonsumsi produk dari iklan yang bersangkutan. Sadar nggak kalo sekarang banyak iklan yang sedemikian rupa ? Memang sih kalo dilihat dari beberapa sisi ada bagusnya...setidaknya dia punya stopping power yang kuat yang membuat pemirsanya memperhatikan bahkan mengingat... tapi itu kan teorinya...toh masih banyak kejadian seperti ini (misalnya) :
X : eh udah liat iklan baru ndak di tv?
Y : yang mana?
X : itu yang ada dian sastronya ....yang terus cowoknya jatuh ke got...
Y : ooo yang itu ... iya lucu ya...
X : iya aku ketawa kenceng banget sampe diomelin tetangga...
Lalu STOP Cuma sampai di situ bahkan ketika mereka berdua bertanya – tanya apa produk yang diiklankan mereka lupa, saking lucunya iklan itu...Atau bisa juga ingetnya ke si bintang iklan bukan di produknya.
Tragis memang ketika iklan sudah kehilangan fungsinya, nggak mampu untuk menjual...terus buat apa iklan itu dibuat ? buat apa perusahaan mbuang budget gede buat mendanai biro advertising buat bikin iklan itu... jangan tanya saya lah kita sama ndak taunya hehehe. (itu kan suka – sukanya yang punya perusahaan).
Ada sebuah pendapat yang saya setujui semua hal yang sudah hilang fungsinya bakal bermetamoforsis menjadi seni...contohnya senjata. Sekarang sudah ndak ada negara yang mau perang pake alat tombak dan naik kuda...buat apa kan sekarang udah ada senapan dan kendaraan bermotor...akhirnya si tombak ini yang dulunya alat perang malah jadi barang antik (wong ndak tau dipake) jadi barang seni, terus dibeli orang tapi bukan buat ditusukin ke orang atau hewan buruan, tapi buat dipajang di ruang tamu...
Kenapa saya cerita ini? Soalnya hal yang sama hampir, mungkin bahkan sudah terjadi pada iklan. Sudah jadi seni, toh sekarang ada yang namanya seni periklanan bukannya teknik periklanan. Kadang kreativitas si creative team sebuah biro advertising memang hebat dia pinter banget bikin iklan yang kretif disukai orang banyak, kata orang desain hebat, “kenapa ya kita ndak kepikiran?” tapi kadang kreatif itu over sampe iklan itu ndak ada motivasi yang bikin orang mau beli produk itu.
Ada contoh pernah sebuah perusahaan mobil terkenal (saya ndak mau bilang wong aku ndak dibayar perusahaan itu kok) yang mengiklankan produk terbarunya dengan visuali sasi kura – kura....hebat benar mobil itu teknologinya lengkap, canggih, dan dengan kecepatan 2 mil per hari. Lho kok? Lha iya visualisasi kok kura – kura? Hewan yang faktanya jalannya lamban banget, tapi alesan si biro advertising “kan udah banyak iklan mobil pake kuda kenapa kita gak bikin pake kura – kura? Kan kontras kita bakal jadi yang pertama deh...Ya mereka memang jadi yang pertama, tapi produknya nggak kejual.
Ya sama aja bo’ong.
Saya sinis ya ...? Memang! Kadang kalo kita ke tempat biro iklan yang terkenal, di ruang depan mereka dengan bangga memajang penghargaan – penghargaan yang mereka terima ... menandakan bahwa mereka unggul, mereka memiliki kretivitas yang lebih dari yang lain, mereka ...merasa hebat. Padahal sudah fakta kalo iklan yang menang penghargaan karena uniknya atau bagus finishingnya, atau indahnya, atau apalah pemikiran juri saat itu nggak bisa menjual produknya.
Yah mereka memang sedikit menipu sih dengan memajang penghargaan itu...kenapa? Soalnya kalo saya bilang itu arogan, mereka Cuma mau nyombongin kehebatan mereka...yang belum tentu kita butuh. Yang dibutuhkan kan iklan yang menjual produk...bukan yang bisa menangin penghargaan. Mbok ya yang dipajang itu grafik penjualan produk apa kek yang pernah mereka bikinin iklannya sebagai bukti kalo produknya itu laku setelah mereka bikinin iklannya. Ndak tapi itu ndak pernah.
Terus gimana cara bikin iklan yang bagus? Yang penting selain bagus harus ada motivasi...ya supaya orang mau beli produknya habis liat iklannya. Itu yang penting, bukan lucunya, bukan indahnya, tapi motivasinya!
Kok saya bisa sih ngoceh panjang lebar begini? Soalnya saya habis baca buku dan kebetulan saya sependapat makanya bisa. Kalo mau tau lebih banyak beli dong bukunya baca, bukunya itu “the fall of advertising and the rise of PR” yang nulis Al Ries sama Laura Ries. Jangan takut bukunya udah diterjemahin kok udah bukan bahasa bule. Harganya juga ndak sampe jual diri. Pokoknya OK deh. Kok saya kayak ngiklanin gratis sih? Bukan itu tapi karena saya baik makanya ngasih tau ... baik kan? Tapi baik begini saya belum punya pacar, jadi yang berminat bisa cari saya sapa tau saya juga minat sama anda...pokoke cewek soale saya cowok.***
Labels: Visual Culture
1 Comments:
wah, tulisannya bagus banget! saya setuju nih! berdasarkan pengalaman pribadi sebagai desainer, desain2 saya yang "rasa dkv" malah ngga disukai klien karena terlalu aneh dan ngga komersil. jadinya saya lebih banyak bikin desain garing, yang kata dosen dkv, ga punya konsep dan ngga membentuk image. hehehe... kenyataan memang beda dari apa yang didapat dari perkuliahan. blognya bagus, pak! :)
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home