headnya

Wednesday, November 30, 2005

TERIMA KASIH

Re-Publik Art memang telah berakhir. Warnanya diharapkan menjadi kepedulian bagi semua pihak untuk menjaga relasi sosial tetap terjaga. Perkembangan terakhir, Samuel Indratma memaparkan bahwa telah ada 500 karya mural di Jogja yang dikerjakan justru oleh masyarakat sendiri. Kesenian pada akhirnya milik semua orang dan tidak bersifat eksklusif.
Terima kasih kepada Kedai Kebun Forum atas diskusinya saat itu, buat Honda GL yang menemani dalam perjalanan dan tentu saja buat Manda dan Laia...yang mau menemani dalam mengapresiasi.

Labels:

HUNTING (13)




Robot informan dan Robot Sampah, begitu Dani Agus Yuniarto dan Toto Nugroho memberi tema pada karya mereka. Stasiun Tugu adalah stasiun besar yang kurang memberi informasi bagi para pengunjung yang datang dari luar kota. Sering kali para penumpang kebingungan untuk menentukan arah atau lokasi. Robot-robot yang akan diletakkan di lokasi-lokasi strategis ini akan menyediakan informasi sederhana misalnya letak toilet, posisi ia berdiri dan sebagainya. Selain itu patung robot itu diharapkan dapat dipakai sebagai landmark bagi Stasiun Tugu Jogjakarta.

Labels:

HUNTING (12)



ATLAS dan SUN7 adalah kelompok street art dari Prancis yang diundang khusus dalam aksi Re-Publik ini. Dengan bentuk khas ATLAS yang konfiguratif dan kaligrafi yang kental (bawah), kelompok ini mampu memberi warna berbeda dalam perkembangan street art di Indonesia. Sedangkan SUN7 merespon tembok gang di Pasar Kembang (wilayah prostitusi di Jogja) dengan pandangannya tentang konteks lokal (atas). Membuat graffiti yang tidak hanya mencoreti dinding akan tetapi juga dengan memberi nuansa lokal serta konteks lokasi. Karya graffiti ATLAS tidak berusia lama karena kemudian di-bom oleh kelompok graffiti yang sudah terlebih dahulu menempati wilayah itu.

Labels:

HUNTING (11)



Juminahan Project menjadi judul karya karena memang dibuat di sekitar Rumah Susun sewa, pinggir kali Code. Objek karya berupa tong sampah, peringatan di traffic light dan di jembatan perdamaian. Membuat tong sampah yang berfungsi sebagai alat bakar sampah untuk mengurangi kebiasaan membuang sampah secara sembarangan oleh penduduk setempat ke dalam sungai. Ide awal dari karya ini adalah dari konsep 'jugangan' atau kebiasaan tradisional untuk membakar sampah di pekarangan rumah guna mengurangi sampah.

Farhansinki membuat gambar dinding di jembatan dengan teknik pixel untuk mengeksplorasi bentuk fisik jembatan dan lansekap daerah sekitar sungai. Lukisan ini dirancang untuk dapat dilihat secara jelas dari jalan raya yang terletak beberapa ratus meter dari lokasi karya.

Selain itu di traffic light sekitar Juminahan dan Cokrodirjan dipasang juga sebuah 'patung teks' yang bertuliskan "Sabar Dab (sabar mas)", yang dibuat oleh Codit. Patung itu secara nakal mengingatkan para pengguna jalan agar mau sedikit bersabar selama berkendara.

Seniman: Marianto (Totok), Popok Triwahyudi, Codit (COLA) dan Farhansinki.

Labels:

HUNTING (10)



Bambang Toko Wicaksono menciptakan tokoh Local Hero dalam Re-Publik ini dengan mengambil figur Gundala Putra Petir. Mengangkat tokoh lokal komik sebagai salah satu ikon untuk membuat alternatif dari 'hero negara' yaitu para tentara. Sekaligus juga merekayasa produksi pahlawan lokal. Gundala dipilih karena tokoh hero lokal ini dikisahkan berasal dari Jogjakarta. Seorang tokoh fiksi yang sempat mewarnai perkomikan nasional pada tahun '70-an hingga '80-an. Lokasi: Taman SMUN 9 Jogjakarta (Jl. Sagan).

Labels:

HUNTING (9)



Teater Gardanala ikut berpartisipasi dalam proyek Re-Publik ini dengan menampilkan Toko Cerita Gardanala dengan tema Subversi Konsumerisme. Bertempat di Galeria Mall dan Cemeti Art House, teater ini merespon kehadiran mall yang telah menjadi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat modern sekarang ini. Mall sebagai mesin konsumerisme disikapi dengan membuat sebuah toko/kios cerita yang menjual berbagai cerita yang dapat dibeli dengan cara barter. Cerita-cerita itu adalah cara agar para pengunjung mall mau meluangkan waktu untuk mendengarkan orang lain, menumbuhkan empati yang hilang akan tetapi dengan cara yang sedikit tragik. Mulai dari remaja dengan citra remaja yang kosmopolitan (dari gay hingga remaja yang ingin sekedar berbagi cerita) hingga mantan tahanan politik G30S/PKI dihadirkan untuk memberi cerita yang mungkin akan terhilang seiring dengan menggilasnya industri yang menampikkan perhatian pada orang lain.

*terima kasih lagi buat Kedai Kebun Forum buat support fotonya.

Labels:

HUNTING (8)


Karya mural yang berjudul Wonderland untuk semua tersebut dikerjakan di Selokan Mataram (Perempatan Jl. Gejayan - Selokan Mataram, depan Kedai Kopi) oleh Iwan Effendi dan Iyok Prayoga. Mural di jalan ini berfungsi untuk mempercantik tembok yang berada di sekitar Jl. Gejayan. Tembok ini selalu dicorat-coret, pemilik tembok itu ingin supaya tembok itu menjadi sedikit lebih bersih dan indah. Namun sayang, belum genap seminggu karya mural Wonderland ini sudah kembali di'bom' oleh graffiti lain. Kritik buat Re-publik Art adalah relasi sosial hendaknya juga diperluas dengan artist-artist yang tak terduga seperti bomber-bomber yang 'memiliki' wilayah tersebut, sehingga kemungkinan tidak semena-mena terhadap karya graffiti yang langsung ditutup dengan karya yang ditampilkan dalam Re-Publik ini...saling memiliki dan menjaga lah!...sehingga bukan hanya 'resiko' sebagai jawaban mengapa.

*terima kasih lagi buat Kedai Kebun Forum buat support fotonya.

Labels:

HUNTING (7)



Emergency Cross (Zebra Cross Emergency) di atas bertema Illegal Zebra Cross. Dibuat oleh Sadat Laope di lokasi Jl. Kaliurang, Depan Mirota Kampus, Jl. Mataram, Jl. Malioboro, Jl. Tirtodipuran (depan Kedai Kebun Forum). Zebra Cross adalah medan perang bagi penyeberang jalan. Sadat mengingatkan akan bahaya menyeberang jalan meski sudah pada tempat yang seharusnya. Seniman ini menambahkan nomor telepon polisi, rumah sakit dan para pejabat terkait dengan kebijakan jalan raya.

Labels:

HUNTING (6)


Robot Cross (Robot Bantu Penyeberangan) tersebut dibuat oleh seniman muda yang mempunyai background Desain Komunikasi Visual, Terra Bhajragosa. Masih dengan tema Street For Children? Robot itu masih merupakan satu kesatuan dengan karya halte tunggu, robot yang dibuat dengan ukuran setinggi manusia yang akan menggantikan fungsi tanda penyeberangan dan satpam. Robot itu mengingatkan bagaimana mobil dan kendaraan bermotor lainnya bukanlah sahabat penyeberang jalan di zebra cross. Zebra cross bukan jalan para penyeberang, melainkan tanda untuk kendaraan bermotor melaju kencang.
*terima kasih buat Kedai Kebun Forum buat support fotonya.

Labels:

HUNTING (5)



Dalam Re-publik Art ini selain karya graffiti dan mural, namun juga menampilkan karya yang bersifat tepat guna namun masih dibungkus cita rasa visual. Karya seni di atas adalah Halte tunggu jemputan yang mempunyai tema "Street for Children?". Karya yang dibuat oleh seniman Uji Handoko ini ingin merespon tentang makna jalan bagi anak-anak. Bukankah anak-anak juga berhak mempunyai jalan dan trotoar? Halte disamping juga sebagai sarana tunggu juga berfungsi sebagai relasi sosial antara anak pengguna halte. Dibuat se-friendly mungkin, sehingga anak pun merasa berhak atas trotoar dan jalan raya.

Lokasi: Kompleks SD Jetisharjo, SD Samirono dan SD Kanisius Wirobrajan.

Labels:

HUNTING (4)


"Make Over Shoes Shop" adalah tema graffiti yang juga amsih dikerjakan oleh komunitas seniman mural di Jl. Perwakilan. Graffiti di atas dikerjakan di Jl. Mataram yang dipenuhi dengan kios sepatu murah. Kios-kios itu terlihat kumuh, kehadiran para seniman di tempat ini adalah untuk melakukan revitalisasi, mempercantik pintu tarik (rolling door) yang menutupi toko-toko di sekitar jalan itu. Oleh karena yang dilukis adalah pintu dari toko itu, dengan sendirinya karya seni ini hanya bisa dinikmati pada malam hari ketika toko-toko itu telah tutup. Proyek ini menjadi semacam wisata visual di waktu malam.

Labels:

HUNTING (3)

Wallpaper di atas masih terpasang di pintu masuk Jl. Perwakilan yang dikerjakan oleh seniman yang sama. Bermakna absurd, namun mampu memberi pencerahan bahwa lokasi yang dimural sebenarnya adalah lokasi yang kumuh yang kehilangan daya estetiknya. Coba lihat halaman di depan wallpaper tersebut, penuh gundukan tanah yang tak terawat, padahal berada di dalam area padat pengunjung ke arah maupun meninggalkan Malioboro. Pemilihan lokasi ini tepat karena seharusnya dan memang 'semangat' mural adalah mengembalikan public area kepada masyarakat sehingga terjadi relasi sosial yang tak kehilangan imajinasi terhadap ruang.

Labels:

Monday, November 28, 2005

HUNTING (2)




Tujuan pertama adalah Jl. Perwakilan (belakang Hotel Ibis). Mural yang pada tahun 2002 dalam Proyek Mural Kota "Sama-Sama" dikerjakan oleh seniman Mural Jepang-Indonesia, sekarang karena kondisinya sudah rusak maka perlu perbaikan kembali (gambar pemandangan). Mural yang dikerjakan dalam proyek Re-Publik ini mengambil tema Hemat Energi yang pas dengan kondisi lingkungannya yang dipadati oleh kendaraan serta tempat parkir mobil. Teknik yang dipakai dalam mural ini adalah teknik posterize.
Seniman: Arya Panjalu, Wedharyadi, Uji Handoko, Tatang, Iyok, Janu, Iwan Effendi, Fatturahman Indun, Decky Leos, Hendra Priyadi, dll.



*terima kasih buat Kedai Kebun Forum yang juga ikut men-support fotonya.



Labels:

Sunday, November 20, 2005

HUNTING (1)


Hari pertama Idul Fitri itu, jalan terasa lengang bahkan sangat lengang. Jogjakarta seperti kota mati. Jalanan yang biasanya sangat padat dan udara yang berpolusi-polusi pada hari itu sangat kondusif bagi kesehatan. Hanya satu dua kendaraan yang melintas di jalanan. Sesuai rencana saya mengajak istri bahkan suasana yang lengang tersebut mendukung saya untuk juga mengajak anak saya yang masih 8 bulan untuk melatih indra penglihatannya sekaligus mengapresiasi karya seni. Meski dia selama perjalanan selalu tertidur, tapi tidak apa-apa.

Siang itu, kami melintasi jalan Mataram untuk melihat karya mural yang terpajang di sepanjang jalan, khususnya kami melihat secara detil mural di Jl. Perwakilan atau belakang Jl. Malioboro dan belakang Hotel Ibis. Tembok yang dulunya juga di mural oleh Apotik Komik dkk di tahun 2002 saat ini telah berganti penampilan.

Tahun 2002 Apotik komik, sebuah komunitas yang terkenal di Jogja bahkan sekarang sangat popular di telinga perupa di Indonesia maupun di luar negeri menyelenggarakan proyek massal yang bernama “Proyek Mural Kota Sama-Sama”. Samuel Indratma, Ari Dyanto, Bambang Toko, Popok Tri Wahyudi, dll mengorganisasi acara yang juga melibatkan mural artist dari Jepang dan Amerika Serikat tersebut dengan sukses. Titik-titik kota yang dimural adalah sasaran yang menurut mereka berupa ‘lahan mati’ bagi sebuah tata kota. Fly over, tembok public yang tak terawat dan lahan lain direspon oleh seniman-seniman public bahkan sekarang berkembang justru masyarakat Jogja begitu aktifnya menghiasi wilayah mereka sendiri-sendiri. Pergerakan seni public yang sangat massif ini pun berlanjut di tahun 2005 ini melalui proyek “Re:Publik Art Project” yang diorganisasi oleh Kedai Kebun Forum.**


Labels:

Monday, November 14, 2005

RINDU...

2 minggu sudah blog ini terabaikan...rasanya lama banget. Liburan kemarin mungkin 'biru' buatku, tapi dibalik warna biru selalu ada warna cerah...selalu ada pencerahan mengenai makna hidup dan juga pencerahan visual.

entah kapan, saya ingin menuliskan perburuan saya di Jogja dalam memburu aktivitas penyuka keindahan area publik yang terekam dalam Re-Public Art Project bulan September 2005. ..meski perburuan ini tersendat-sendat karena istri dan anak saya sakit berat sehingga tidak bisa ditinggalkan, tapi bersyukur banget selalu ada waktu buat mereka yang tulus.
Termasuk usaha saya mengundang 'rohnya' seni publik, pelopor seni mural di Indonesia, mas Samuel Indratma memberikan kuliah tamu di UK Petra Surabaya. Sempat pesimis mengundangnya karena kesibukan beliau yang luar biasa, tapi sekali lagi bersyukur akhirnya bisa juga saya mengundangnya bahkan dengan senang hati akan memberikan ilmunya.
Surabaya akan seperti Jogja?...oh tentu tidak!...Surabaya harus menemukan karakternya sendiri...dan inilah yang akan dibedah oleh sang pelopor dan saya menyebutnya sekali lagi SANG GERILYAWAN!

sekarang saya lagi berkonsentrasi dalam Baliho Competition dan mempersiapkan segala sesuatunya.

Labels: