HUNTING (1)
Hari pertama Idul Fitri itu, jalan terasa lengang bahkan sangat lengang. Jogjakarta seperti kota mati. Jalanan yang biasanya sangat padat dan udara yang berpolusi-polusi pada hari itu sangat kondusif bagi kesehatan. Hanya satu dua kendaraan yang melintas di jalanan. Sesuai rencana saya mengajak istri bahkan suasana yang lengang tersebut mendukung saya untuk juga mengajak anak saya yang masih 8 bulan untuk melatih indra penglihatannya sekaligus mengapresiasi karya seni. Meski dia selama perjalanan selalu tertidur, tapi tidak apa-apa.
Siang itu, kami melintasi jalan Mataram untuk melihat karya mural yang terpajang di sepanjang jalan, khususnya kami melihat secara detil mural di Jl. Perwakilan atau belakang Jl. Malioboro dan belakang Hotel Ibis. Tembok yang dulunya juga di mural oleh Apotik Komik dkk di tahun 2002 saat ini telah berganti penampilan.
Tahun 2002 Apotik komik, sebuah komunitas yang terkenal di Jogja bahkan sekarang sangat popular di telinga perupa di Indonesia maupun di luar negeri menyelenggarakan proyek massal yang bernama “Proyek Mural Kota Sama-Sama”. Samuel Indratma, Ari Dyanto, Bambang Toko, Popok Tri Wahyudi, dll mengorganisasi acara yang juga melibatkan mural artist dari Jepang dan Amerika Serikat tersebut dengan sukses. Titik-titik kota yang dimural adalah sasaran yang menurut mereka berupa ‘lahan mati’ bagi sebuah tata kota. Fly over, tembok public yang tak terawat dan lahan lain direspon oleh seniman-seniman public bahkan sekarang berkembang justru masyarakat Jogja begitu aktifnya menghiasi wilayah mereka sendiri-sendiri. Pergerakan seni public yang sangat massif ini pun berlanjut di tahun 2005 ini melalui proyek “Re:Publik Art Project” yang diorganisasi oleh Kedai Kebun Forum.**
Labels: Visual Culture
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home