headnya

Thursday, October 06, 2005

MEDIA CETAK, WASSALAM!


Berikut ini ada artikel yang saya download dari majalah GATRA pandang tentang media cetak seperti koran dan majalah. Masih perlu dipertanyakan lagi pernyataan Murdock mengenai masa depan suram media cetak. Apakah benar?...sepanjang masyarakat masih menyukai hal yang simpel dan dinamis, aku pikir pendapatnya Murdock mutlak harus dipertanyakan lagi. Apalagi ini pernyataan buat kalangan di Amerika Serikat sana yang secara sosio-kultural berbeda dengan negara-negara di Asia, terutama di Indonesia.

------------------------------------------------------------------------------------------------

RUPERT Murdock skeptis melihat masa depan koran. "Saya yakin, banyak editor dan reporter yang sudah kehilangan relasi dengan pembacanya," kata Rupert Murdock. Berbicara di hadapan Asosiasi Editor Surat Kabar Amerika pada April lalu, dengan percaya diri Murdock meramalkan bahwa kematian koran dan media cetak lain tinggal menunggu waktu.

Media cetak akan bernasib seperti dinosaurus. Punah oleh evolusi. Wassalam. Sebabnya, perusahaan yang memasang iklan di media cetak akan mengalihkan strategi mereka ke media elektronik dan internet. Pada akhirnya, media elektronik juga harus bersaing dengan internet. Terutama dengan produk seperti blog dan news portal. "Sekarang perusahaan media, termasuk perusahaan saya, harus lebih paham soal internet," katanya.Ramalan era kematian koran sebenarnya bukan hal baru. Para peneliti media pun sebelumnya mengatakan hal serupa. Bedanya, kini yang mengucapkan kalimat itu tidak lagi seorang peneliti, melainkan Murdock, sang raja media. Ramalan itu beralasan.

Berdasarkan data tahun 1995-2003 dari Asosiasi Surat Kabar Dunia, oplah koran terus menurun: antara lain turun 5% di Amerika, 3% di Eropa, dan 2% di Jepang. Bila pada 1960-an empat dari lima orang Amerika membaca koran, di tahun 2005 perbandingannya menjadi dua dari lima orang. Yang tiga lagi sudah masuk dunia elektronik atau digital.Tapi, meski peluang media elektronik untuk bersaing dengan internet masih cukup besar, Murdock tidak ingin terlambat. Ia terbiasa bertindak cepat. Itulah filosofi bisnisnya, mungkin juga hidupnya. "Tidak ada istilah yang besar mengalahkan yang kecil. Yang benar adalah yang cepat mengalahkan yang lambat, "ujarnya. Karena itu, bisa dipahami mengapa Murdock bergerak cepat. Semacam upaya "restrukturisasi" antara sayap TV dan sayap internet pun dilakukan. Bila TV memproduksi klip video atau berita, maka selain di jaringan TV itu sendiri, tayangan itu bisa diputar di media online.

Integrasi yang manis antara jaringan TV yang dimiliki Murdock - dengan jaringan online-nya yang baru berkembang - bisa terwujud.Meski bagi media cetak ramalam semacam itu relatif menakutkan, jelas keliru bila menyangkalnya. Memang benar tak semua media online dibaca - seperti halnya tidak semua koran dibaca. Tapi media online bisa berperan penting, bisa jadi lebih penting dari media tradisional seperti koran dan majalah. Buktinya adalah peran blog dalam pemilihan presiden Amerika Serikat terakhir lalu.

Matthew Hindman, professor politik dari Universitas Arizona, mengatakan bahwa blog-blog top selalu lebih dikunjungi dibandingkan dengan halaman opini di koran. Karena itu, jelas salah bila menganggap blog bersifat netral terhadap media cetak. Media online cenderung mengancam eksistensi media cetak. Seringkali sebuah blog membantah, atau bahkan membuktikan, bahwa media cetak keliru memberitakan.

Juga salah menganggap para blogger tidak bisa melakukan reportase layaknya media cetak. Contohnya adalah OhmyNews di Korea Selatan, yang menganut konsep "setiap warga adalah reporter". Dalam waktu lima tahun, OhmyNews punya 2 juta pembaca dan memiliki sekitar 3.000 reporter. Para reporter-warga itu adalah sukarelawan yang memasukkan berita yang diedit dan dicek faktanya oleh 50 staf permanen.

Jadi, sampai kapan media cetak bertahan? Menurut buku Saving The Vanishing Newspaper: Journalism in The Information Age karangan Philip Meyer, bila trend digital semacam ini terus berlanjut, diperkirakan tahun 2040 masih ada sisa-sisa pembaca koran. Lewat tahun itu, semua goes digital. ***(Basfin Siregar)

Majalah GATRA edisi 8 Oktober 2005 halaman 73

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home