headnya

Wednesday, October 19, 2005

SPRING BED = ROTI GORENG!


Permainan kata mungkin sudah sering kita temui dimana-mana. Mulai dari yang alami hingga sudah menjadi komoditi seperti halnya kaus JOGER dan DAGADU. Bahkan komoditi begituan langsung membanjiri pasar kaus hingga melahirkan kaus dengan permainan kata dari yang serius hingga bersifat guyonan.

Tadi malam, sewaktu cangkrukan di warung Cak Mis dengan Victor, Gubi, Goya dan Pak Budi Pras kami menemui permainan kata yang sudah nyerempet-nyerempet wilayah tanda (baca: semiotika). Warung yang dari SMA Santa Maria terus belok ke kiri itu menarik untuk diamati meski saya sendiri sering ketawa soalnya lucu. Bagi saya, hal ini baru dan mengingatkan saya dengan Es Enny di Jogja yang memiliki menu dengan nama yang lucu-lucu. Ada es cinderella, es dua hati, es padang pasir, es bumi hangus, dll. Yang membedakan adalah kelasnya. Mungkin bagi Es Enny untuk kalangan menengah ke atas tersebut lumrah memakai nama-nama yang ‘absurd’. Namun bagi warungnya Cak Mis tersebut permainan tanda dalam kata yang juga masuk ke wilayah semantik, menunjukkan bahwa yang absurd pun bisa menjadi hiburan tersendiri buat kelas bawah.

Unik dan lucu. Bayangkan untuk menyebut sate telur puyuh saja disebut sebagai cucak rowo, kemudian untuk minuman sinom disebut mbok nom, roti goreng dikatakan sebagai spring bed dan bagi mereka yang ingin minta air buat ‘kobokan’ atau mencuci tangan, maka sebutlah kolam renang untuk menunjukkan yang diminta. Masih banyak sebenarnya perbendaharaan kata lainnya yang sangat ‘plesetan’ yang akhirnya bagi saya sangat absurd itu.

Permainan kata tersebut semakin menguatkan kepemilikan secara universal kata-kata yang secara tidak langsung menjadi ‘hak milik’ kelas tertentu. Kesan berpikir, agak mbulet dan kesan intelek menjadi imej yang seolah-olah menunjuk pada kelas atas. Tapi Cak Mis tidak punya kesan seperti itu, semua diungkapkannya dengan lugas, tanpa perasaan bersalah tapi mengemasnya dengan lucu khas permainan kata miliknya Joger atau Dagadu.

Tapi sayang, untuk melihat fenomena seperti itu saya harus membayarnya dengan tilang dari Polisi. Aduh pak…baru kemarin rasanya saya nulis Safety Riding, eh saya jadi korbannya. Tapi nggak apa-apa…Robert Wolter Monginsidi ketika bergerilya pun akhirnya tertangkap tentara Belanda dan dihukum mati.** (obw)

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home