TERIMA KASIH
Labels: Visual Culture
Labels: Visual Culture
Labels: Visual Culture
Labels: Visual Culture
Labels: Visual Culture
Bambang Toko Wicaksono menciptakan tokoh Local Hero dalam Re-Publik ini dengan mengambil figur Gundala Putra Petir. Mengangkat tokoh lokal komik sebagai salah satu ikon untuk membuat alternatif dari 'hero negara' yaitu para tentara. Sekaligus juga merekayasa produksi pahlawan lokal. Gundala dipilih karena tokoh hero lokal ini dikisahkan berasal dari Jogjakarta. Seorang tokoh fiksi yang sempat mewarnai perkomikan nasional pada tahun '70-an hingga '80-an. Lokasi: Taman SMUN 9 Jogjakarta (Jl. Sagan).
Labels: Visual Culture
Teater Gardanala ikut berpartisipasi dalam proyek Re-Publik ini dengan menampilkan Toko Cerita Gardanala dengan tema Subversi Konsumerisme. Bertempat di Galeria Mall dan Cemeti Art House, teater ini merespon kehadiran mall yang telah menjadi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat modern sekarang ini. Mall sebagai mesin konsumerisme disikapi dengan membuat sebuah toko/kios cerita yang menjual berbagai cerita yang dapat dibeli dengan cara barter. Cerita-cerita itu adalah cara agar para pengunjung mall mau meluangkan waktu untuk mendengarkan orang lain, menumbuhkan empati yang hilang akan tetapi dengan cara yang sedikit tragik. Mulai dari remaja dengan citra remaja yang kosmopolitan (dari gay hingga remaja yang ingin sekedar berbagi cerita) hingga mantan tahanan politik G30S/PKI dihadirkan untuk memberi cerita yang mungkin akan terhilang seiring dengan menggilasnya industri yang menampikkan perhatian pada orang lain.
*terima kasih lagi buat Kedai Kebun Forum buat support fotonya.
Labels: Visual Culture
Karya mural yang berjudul Wonderland untuk semua tersebut dikerjakan di Selokan Mataram (Perempatan Jl. Gejayan - Selokan Mataram, depan Kedai Kopi) oleh Iwan Effendi dan Iyok Prayoga. Mural di jalan ini berfungsi untuk mempercantik tembok yang berada di sekitar Jl. Gejayan. Tembok ini selalu dicorat-coret, pemilik tembok itu ingin supaya tembok itu menjadi sedikit lebih bersih dan indah. Namun sayang, belum genap seminggu karya mural Wonderland ini sudah kembali di'bom' oleh graffiti lain. Kritik buat Re-publik Art adalah relasi sosial hendaknya juga diperluas dengan artist-artist yang tak terduga seperti bomber-bomber yang 'memiliki' wilayah tersebut, sehingga kemungkinan tidak semena-mena terhadap karya graffiti yang langsung ditutup dengan karya yang ditampilkan dalam Re-Publik ini...saling memiliki dan menjaga lah!...sehingga bukan hanya 'resiko' sebagai jawaban mengapa.
*terima kasih lagi buat Kedai Kebun Forum buat support fotonya.
Labels: Visual Culture
Emergency Cross (Zebra Cross Emergency) di atas bertema Illegal Zebra Cross. Dibuat oleh Sadat Laope di lokasi Jl. Kaliurang, Depan Mirota Kampus, Jl. Mataram, Jl. Malioboro, Jl. Tirtodipuran (depan Kedai Kebun Forum). Zebra Cross adalah medan perang bagi penyeberang jalan. Sadat mengingatkan akan bahaya menyeberang jalan meski sudah pada tempat yang seharusnya. Seniman ini menambahkan nomor telepon polisi, rumah sakit dan para pejabat terkait dengan kebijakan jalan raya.
Labels: Visual Culture
Labels: Visual Culture
Dalam Re-publik Art ini selain karya graffiti dan mural, namun juga menampilkan karya yang bersifat tepat guna namun masih dibungkus cita rasa visual. Karya seni di atas adalah Halte tunggu jemputan yang mempunyai tema "Street for Children?". Karya yang dibuat oleh seniman Uji Handoko ini ingin merespon tentang makna jalan bagi anak-anak. Bukankah anak-anak juga berhak mempunyai jalan dan trotoar? Halte disamping juga sebagai sarana tunggu juga berfungsi sebagai relasi sosial antara anak pengguna halte. Dibuat se-friendly mungkin, sehingga anak pun merasa berhak atas trotoar dan jalan raya.
Lokasi: Kompleks SD Jetisharjo, SD Samirono dan SD Kanisius Wirobrajan.
Labels: Visual Culture
Labels: Visual Culture
Labels: Visual Culture
Labels: Visual Culture
Labels: Visual Culture
Labels: Visual Culture