headnya

Wednesday, January 11, 2006

ISU FORMALIN: Untuk Kesehatan atau Teror?

Percayakah bahwa formalin bisa membahayakan tubuh ketika zat itu ikut termakan bersama makanan? Maaf saya tidak percaya! Bukan sekedar pembelaan terhadap pedagang bakso atau makanan yang biasanya dari usaha kecil dan menengah, tetapi wujud pertanggungjawaban secara ilmiah. Pemerintah dan badan pemerintah yang berwenang hanyalah melarang tetapi tidak memberi kepastian dari sisi ilmiah. Sisi medik banyak yang mengulas, tetapi dari sisi ilmiah asal zat itu hingga disebut formalin nyaris tidak ada suaranya di media. Terlalu mudah mengatakan mengapa daripada bagaimana. Seperti terlalu mudah mengatakan formalin hanya untuk pengawet mayat.

Penelitian ahli farmasi dari Universitas Sanata Dharma Jogjakarta meyakinkan pendapat saya tersebut. Tentunya yang berwenang menentukan zat itu berbahaya atau tidak ya dari orang farmasi yang mengenal betul percampuran kimianya. Penelitiannya menunjukkan bahwa formalin yang tercampur dengan makanan akan dengan sendirinya berubah wujud selama 1,5 menit menjadi CO2. Zat tersebut juga tidak bersifat menyimpan (sehingga sering diasumsikan mengendap), tetapi hilang selama waktu tersebut. Kadar formalin yang masuk ke pencernaan pun memang ada batasnya, tetapi kadar yang ditemukan oleh Badan POM terhadap makanan di Indonesia masih jauh dari batas normal, malah di bawah itu.

Penelitian menunjukkan pula bahwa formalin bisa berbahaya hanya jika dihirup, karena dia tidak tercampur oleh zat-zat dalam tubuh berbeda bila termakan maka zat-zat dalam tubuh yang dihasilkan oleh organ dalam manusia akan membantu menghilangkan dan mengubah wujudnya.

Hentikan informasi yang menyesatkan dan karena ini masuk wilayah yang harus dipertanggungjawabkan kepada publik maka harus ada uji ilmiah yang benar-benar akurat! Selain itu bila pemerintah melarang formalin dipakai dalam makanan, harus ada solusi zat kimia apa yang diperbolehkan namun tentunya dapat dibeli oleh mereka yang mempunyai usaha kecil dan menengah. (memang lebih menguntungkan bila makan makanan yang jauh dari bahan kimia, tapi siapa yang bisa menjamin hal ini?)...

Informasi yang akurat dan benar tidak akan mematikan usaha mereka yang kian hari kian tergencet oleh sistem globalisasi.***

Labels: